Selasa, 25 November 2014

Lilin Harapan

Lilin Harapan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Batu sandungan itu mampir jua di pelukan. Dan aku dibuai alunan kesedihan karenanya. Kegagalan pertama dan terbesar yang pernah singgah. Karena itu pun, kekasihku terlepas dariku. Aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali mengurai air mata.

Di sudut ruang gelap, kumerenung di atas ratapan. Tiga batang lilin merah menemani bak sinar remang-remang. Dua di antaranya, kuukir tulisan ‘kejayaan’ dan ‘cinta’ pada batang tubuhnya. Aku menangis hingga tak bersuara. Bulir-bulir air merembes di pipi hingga jatuh membasahi sumbu lilin pertama, lilin ‘kejayaan’. Seketika lilin itu padam, menyisakan asap pembakaran. Tangisku tak kunjung surut, justru menjadi-jadi. Kudekati lilinku yang kedua. Saat air dari pelupuk mustika kembali menetesi sumbunya, lilin bertuliskan ‘cinta’ itu ikut padam seperti pendahulunya. Berakhirlah sudah sekarang. Haruskah aku hidup hanya untuk menghidupi kenangan?

Tinggallah sebatang lilin merah tanpa gurat tulisan yang masih menyala. Lilin terakhirku. Percuma, aku sudah putus asa. Kumatikan ia dengan satu hembus napas. Anehnya, lilin itu bukannya padam, malah makin benderang. Kutiup sekali lagi dan hasilnya tetap sama.
“Kenapa kau tak padam seperti yang lain?”, gumamku kebingungan.
Tiba-tiba lilin itu berkata “Aku tak pernah redup apalagi padam selama engkau masih percaya”
Bulu kudukku berdiri dibuatnya “Si-siapa kau?”, tanyaku enggan.
“Akulah
... baca selengkapnya di Lilin Harapan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Rabu, 12 November 2014

Penggemar Rahasia

Penggemar Rahasia - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

“Go Rifa.. go Rifa go! Ayoo.. semangat!” para pendukung Rifa terus menyemangati Rifa. Sebentar lagi, Rifa akan tampil di acara Pentas Seni. Deg deg.. jantung Rifa terus berdebar. Nomor peserta Rifa, adalah 25. sedangkan peserta yang sekarang tampil adalah peserta dengan no urut 24. Berarti, setelah ini Rifa ajan tampil.

“Hua… argh.. aku sih belum siap! gimana yaa?” ucap Rifa sambil mondar-mandir diruang belakang panggung. “Bismillahirrahmanirrahim.. semoga bisa” do’a Rifa. “Rifa.. ayo, sebentar lagi nama kamu! ayo, geladi resik!” perintah Bu Narisa, panitia pentas seni. “I..iy.. iya. de..deh.. b..bb..bu” jawab Rifa tergagap. Dengan gontai, Rifa menuju ruang serbaguna Disana, suasana sangat sepi. Yang ada, hanya Rifa dan Bu Syahla. “Rifa, kuncinya yang tenang ya! coba rilex aja. Tarik nafas…” kata Bu Syahla. “Oke.. hufh..” Rifa menghela nafas. “Yup.. sekarang, waktunya geladi resik!” ucap Bu Syahla. Rifa hanya mengangguk. “Satu… dua.. tiga.. Mulai” Bu Syahla memberi aba-aba. Rifa pun segera beraksi. Rifa menampilkan drama, menyanyi, dan mendongeng. Tak terasa, waktu hampir habis. Tepat pada saat Rifa dipanggil, Rifa selesai melakukan geladi resik.

Sreet.. sret… dengan cepat, Rifa berlari secepat yang dia mampu. “Haah.. akhirnya” kata Rifa dengan nafas yang terengah-engah. “Yups.. sekarang.. kita panggilkan, nomor urut peserta no 25. Atas Nama, Arifa Fithriah Ramadhani” seru Mc melewati pengeras suara. Dengan anggun, Rifa menaikki panggung. Begitu cantik paras Rifa. Senyuman Rifa yang begitu manis membantu para penonton untuk menontonnya. “Assalamualaikum.. semua! saya akan persembahkan untuk semua” ujar Rifa berbasa-basi. Rifa pun memperlihatkan aksinya. Mata penon
... baca selengkapnya di Penggemar Rahasia - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Rabu, 05 November 2014

Wiro Sableng #1 : Empat Berewok Dari Goa Sanggreng

Wiro Sableng #1 : Empat Berewok Dari Goa Sanggreng - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

Episode : EMPAT BEREWOK DARI GOA SANGGRENG

"Ini!" kata laki-laki berkumis melintang itu dengan suara kasar. "Berikan sama dia! Aku harus terima jawaban hari ini juga, Kalingundil!! Kau dengar!?" Orang yang bernama Kalingundil mengangguk. Diambil surat yang disodorkan.

"Kalau dia banyak bacot.....," kata laki-laki berkumis melintang itu pula, "bikin beres saja. Berangkat sekarang, jika perlu bawa Saksoko!" Kalingundil berdiri dan meninggalkan ruangan itu. Dan bila Kalingundil baru saja lenyap di balik pintu maka menggerendenglah Suranyali, laki-laki yang berkumis tebal itu.

"Betul-betul perempuan laknat! Perempuan haram jadah!" Dibulatkannya tinju kanannya dan dipukulkannya meja kayu jati di hadapannya.

"Brakk!!"

Papan meja pecah. Keempat kaki meja amblas sampai tiga senti ke dalam lanci ubin dan ubin sendiri retak-retak! Kemudian dia berdiri. Tubuhnya menggeletar oleh amarah yang hampir tak bisa dikendalikannya lagi. Dan mulutnya terbuka kembali. Dia memaki-maki seorang diri.

"Perempuan keblinger! Ditinggal satu tahun tahu-tahu kawin! Bunting malah dan punya anak malah! Keparat!" Suranyali berdiri dengan nafas menghempas-hempas di muka jendela lalu dia melangkah ke meja lain yang juga terdapat di ruangan itu. Dari dalam sebuah kendi diteguknya air putih dingin. Tapi baru dua tegu
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #1 : Empat Berewok Dari Goa Sanggreng - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1